Monday, 30 December 2013

Cerita Perempuan di Birai Katil

Ruang ini garau dengan vaginaku
yang kokong terbatuk di birai katil,
sambil ronyok ringgit yang kau
lantun ke muka ku,
ku kutip senyum satu-persatu.

Apa sebegini sial sebegitu jalang,
payudara dan tubuhku kau
pandang?

Rezeki ku tak suci kau bilang,
Kopi ais di warung kau sedut jam
3 petang?

Jiwanya terlimpah didih dengan nafsu,
dan masih aku kupu hitam yang engkau tunggu,
tapi aku hanya maukan ringgitmu,
buat saku sekolah anak-anakku.

Maka siapa yang lebih anjing,
aku atau kamu?

Tuesday, 17 December 2013

Kamu Yang Disampahkan

          Ia umpama kamu sedang berlari, berkejar ke lapangan terbang, untuk meluahkan isi hatimu dan menghalang dia pergi. Mengungkapkan kata-kata tulus dan jujur, agar dia mengubah keputusannya. Kamu tidak cuma bersila di hadapan televisyen waktu ini, bukan hanya leka dengan news feed facebook maupun tweet kawan, atau membaca buku untuk kau kejar sasaran bilangan buku tahunan kamu di Goodreads. Sebaliknya kamu sedang memecut laju dengan skooter yang kamu pinjam dari rakan serumah kamu, kerna dalam hati kamu yakin, dia merasa getaran jiwa yang sama sepertimu. Kamu fikir ia berlarutan tidak terungkapkan. Kononnya di persaatan akhir ini, kamu mau berdiri jadi jantan.

          Hakikatnya memang.

          Memang kamu sedang berpeluk tubuh. Kamu sedang terperosok di sudut kamarmu, dengan tangisan dan gelimpangan ronyok kertas dan suratan yang gagal terutus.

          Kamu lebih milih untuk berkhayal, dan menipu diri, memujuk hati yang pedih, bahwa saat ini, kamu sedang berlari untuk jadi lelaki pemberani demi cinta kamu padanya. Kamu lebih memilih menghelah hati kamu bahwa cinta ini berlarutan tak terbicarakan. Realitinya kamu juga tahu tepuk yang kamu dengar selama ini adalah kedua tanganmu sendiri.

          Deru pesawat melewati langit dan menggegar ruang batinmu, demi sebuah cinta yang disampahkan.